Covid
Oh Covid
Dering alarm telah
membangunkanku di pagi hari. Segera kurapikan tempat tidurku dan aku mengambil
air wudhu untuk melaksanakan shalat subuh. Setalah aku mandi dan sarapan pagi,
aku berangkat ke sekolah bersama adik dan diantar oleh ibuku. Senang sekali
rasanya. Karena di hari inipun aku bersama teman-teman barungku akan latihan
pramuka lagi untuk persiapan lomba pesta siaga tingkat binwil di Wonosobo. Ya,
beberapa waktu yang lalu kami berhasil meraih gelar Barung Tergiat 2 di ajang Pesta
Siaga Tingkat Kwarcab Purworejo. Dengan begitu, kami berhak melanjutkan
perlombaan di tingkat berikutnya.
Di saat yang bersamaan, pandemi
Covid-19 mewabah dimana-mana. Begitu
pula di sekitar tempat tinggalku. Aku tinggal di sebuah desa yang bernama desa
Pageron. Letaknya di sebelah timur pusat kecamatan Kemiri kabupaten Purworejo. Sedangkan
aku bersekolah di SD Negeri Kemiri, yang terletak di pusat kecamatan Kemiri.
Tak kusangka, Sabtu kemarin adalah hari terakhirku belajar di sekolah karena
Dinas Dikpora Kabupaten Purworejo memberi pengumuman bahwa semua jenjang
pendidikan harus menghentikan sementara kegiatan belajar mengajar di sekolah
dikarenakan virus corona telah mulai mewabah di banyak lokasi.
Sedih sekali rasanya
harus berpisah dengan tema-teman dan bapak ibu guru. Bapak ibu guru berpesan
pada kami agar tetap belajar meskipun berada di rumah, dan tetap berlatih
kemampuan pramuka untuk persiapan lomba. Program Belajar dari Rumah (BdR) mulai
kami ikuti. Pada program BdR, bapak dan ibu guru memberikan pelajaran kepada
kami melalui media whatsapp. Hal ini
dilakukan setiap hari dan sesuai jadwal pelajaran harian di kelas. Selain itu,
pemerintah juga menyiarkan program TV edukasi yang disiarkan di TVRI. Program
tersebut berisi materi-materi pelajaran yang sangat bermanfaat bagi kami.
Di pagi hari, aku bangun
pagi seperti biasanya. Walaupun tidak berangkat ke sekolah, namun ibuku
mewajibkan untuk tetap bangun pagi setiap hari.
Setelah menata tempat tidur dan shalat subuh, aku membantu ibuku membersihkan
halam rumah bersama adikku. Hal ini kami lakukan dengan senang hati. Halaman
rumah terlihat bersaih dan rapi, badan berkeringat terasa segar sekali. Kami
lalu mandi dan bersiap-siap untuk belajar. Tak lupa akupun tetap berlatih
pramuka di rumah. Awalnya terasa membosankan, karena aku harus berlatih tanpa
teman-temanku, tetapi lama kelamaan aku menjadi terbiasa.
Tak terasa wabah virus
corona belum mau beranjak dari lingkunganku. Hingga tahun ajaran baru tibapun
kami masih harus mengikuti program BdR. Beruntung, sekolahku menerapkan
kebijakan belajar kunjung kelompok. Bapak ibu guru mengajar kami di rumah kami,
tetapi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 siswa dan harus tetap
menerapkan protokol kesehatan. Hal ini sangat membantu dan membuat kami gembira.
Karena kami bisa bertemu dengan guru dan teman-teman walaupun belum boleh
berkumpul di sekolah. Seperti saat itu, bu Widi yang menjadi wali kelasku datang
ke rumahku untuk mengajar kami. Bu Widi membawa papan tulis kecil dan buku
pelajaran untuk kami. Waktu belajar
kelompok yang dilakukan hanya 2 jam, karena dalam 1 hari ada 2 kelompok yang
harus belajar. Setelah dari rumahku, bu Widi segera menuju rumah temanku yang
lain.
Setelah waktu belajar
kelompok usai, aku melanjutkan belajarku untuk mengerjakan tugas yang diberikan
oleh bu guru. Bu guru berpesan, jangan jadikan tugasmu sebagai beban dan
kerjakanlah secara disiplin. Hal ini akan memberikan manfaat untuk kami di
kemudian hari. Selain itu, akupun membantu adikku dalam belajar. Karena kami
bersekolah di sekolah yang sama, program belajar yang diterapkan juga sama.
Alhamdulillah, akhirnya
sekolahku mengeluarkan kebijakan program konsultasi terprogram yang dilakukan
di sekolah. Kegiatan ini dilakukan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan
yang ketat. Sebelum masuk ke area sekolah, kami harus cek suhu badan terlebih
dahulu. Kemudian kami cuci tangan menggunakan sabun, baru setelah itu kami
masuk ke kelas. Walaupun kami hanya masuk 3 kali dalam seminggu, kami merasa
sangat senang sekali.
Beberapa waktu yang lalu,
bu guru memberi tugas kepada kami untuk membuat 2 buah puisi. Puisi yang
terpilih nantinya akan bu guru sertakan dalam Lomba Menulis Puisi dalam rangka
menyambut Bulan Bahasa yang diadakan oleh komunitas menulis di Yogyakarta. Puisi yang dibuat temanya bebas. Boleh
lingkungan alam, diri sendiri, hewan, ataupun tumbuhan. Awalnya aku merasa
sangat kesulitan. Tetapi setelah bu guru membimbing kami tentang bagaimana cara
membuat puisi yang mudah, akhirnya aku memutuskan untuk mencoba membuat puisi.
Rancangan puisi yang sudah kutulis kuberikan kepada bu guru. Bu guru pun
membacanya dengan seksama. Ada beberapa hal yang harus kuperbaiki. Tapi hal ini
membuatku merasa semakin penasaran dan ingin segera menyelesaikan puisiku. Puisi
pertama selesai, kulanjutkan membuat rancangan puisi kedua. Seperti biasa,
rancangan puisiku kuserahkan kepada bu guru saat pembimbingan.
Beberapa hari kemudian, bu guru berkata bahwa
puisi yang kami buat sudah ada yang terpilih lalu dikirim ke panitia lomba, namun
bukan hasil karyaku. Aku merasa kecewa, karena puisi yang kubuat ternyata tidak
terpilih bersama puisi temanku yang lain. Tetapi bu guru selalu menasihati
kami, jika kita belum terpilih dalam
lomba cipta puisi, bukan berarti puisi yang tulis buat jelek. Yang penting kita
telah berusaha membuat dan mendapat pengalaman baru dan berharga dengan menulis
puisi. Tidak semua siswa berani mencoba dan berusaha untuk membuat puisi yang
indah. Masih banyak manfaat lainnya yang kami dapat dan akan ada kesempatan di
lain hari.
Di lain kesempatan, saat kami sedang
mengikuti kegiatan Konsultasi terprogram di sekolah, kami belajar tentang
poster. Bu Widi menjelaskan bahwa di dalam poster, unsur yang harus ada
antaralain berupa gambar dan tulisan. Gambar dan tulisan tersebut harus sesuai
dengan tema poster. Bu Widi meminta kami untuk mencoba membuat poster dengan
tema lingkungan. Aku merasa senang, karena menggambar adalah salah satu hobiku.
Aku berjanji akan berusaha membuat poster sebaik mungkin.
Aku mulai membuat sketsa posterku. Aku
ingin membuat poster tentang himbauan untuk menjaga kebersihan lingkungan,
yaitu dengan membuang sampah pada tempatnya. Setelah sketsa jadi, kemudian
gambar aku beri warna dan tulisan yang menarik. Akhirnya, setelah proses yang
cukup lama, poster buatanku jadi. Saat posterku kuserahkan untuk dinilai, bu
Widi memuji poster buatanku. Beliau berkata bahwa antara gambar dan tulisan
yang diberikan sesuai dengan temam dan teknik pewarnaannya sangat bagus. Hatiku
berbunga-bunga, karena hasil karyaku dipuji oleh bu Widi dan yang lebih
membuatku bahagia adalah ketika posterku dipajang di majalah dinding sekolah.
Itu artinya, akan banyak siswa di sekolahku yang melihat hasil karyaku.
Akhirnya aku bisa menghasilkan suatu karya yang dapat dinikmati oleh orang
lain. Tetapi bu guru dan orang tuaku selalu berpesan agar jangan menjadi anak
yang tinggi hati karena kelebihan yang kita miliki. Kita harus tetap rendah
hati dan selalu belajar sampai kapanpun, bagaimanapun keadaannya. Pandemi tak
menghalangi siapapun untuk tetap belajar dan berkarya, asal kita mau berusaha
dan yakin akan berhasil.
Sampai saat ini, aku dan teman-temanku
masih mengikuti Kegiatan Konsultasi terprogram di sekolah. Memang banyak
kegiatan yang dibatasi, tetapi kami tetap semangat dalam belajar. Semoga
keadaan akan segera berubah, dan kami bisa belajar bersama seperti dulu
lagi.
Purworejo, Maret 2021
Hania Putri Jovita
Siswi
kelas 5 SDN Kemiri
Wilcambidik
Kecamatan Kemiri
Kabupaten
Purworejo
0 Komentar